Sunday, September 21, 2014

6 Macam Teman Beracun dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Tak ada bola kristal yang digunakan untuk memprediksi seorang teman yang akan tetap menjaga hubungan pertemanan yang positif dalam kehidupan, atau sebaliknya, karena persahabatan yang negatif akan membuat kita setres. Sebagian teman mungkin dari awalnya sudah jadi pengkhianat, dan sebagian lagi mungkin menjadi pengkhianat karena perubahan kehidupan mereka atau perubahan kepribadiannya. 

Paling tidak ada enam sifat yang pperlu disikapi sebagai masalah dalam persahabatan.

  • Tukang ingkar janji
  • Double-crosser 
  • Mementingkan diri sendiri
  • Tukang penyebar rahasia
  • Suka menyaingi
  • Tukang mengkorek-korek kesalahan orang
Mari kita bahas satu per satu

1. Tukang ingkar janji

Teman model ini selalu membuat kita kecewa atau sering mengingkari janji terhadap kita, biasanya karena dia sendiri selalu kecewa pada perjalanan hidupnya. Dia biasanya kesulitan untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Perilakunya memang menjengkelkan bagi kita, tetapi baginya itu sesuatu yang menyenangkan, dan tanpa terapi psikologis, dia akan sulit mengubah pola yang telah dimilikinya itu.

Salah satu cara untuk mengubah teman yang tukang ingkar janji adalah membantunya mengerti dan memahami konsekuensi-konsekuensi dari janji-janji yang diingkari itu. Cobalah memberitahu dia seperti apa rasanya dikecewakan. Misalnya dengan berkata, "Tentu saja aku mengerti bahwa kamu sedang tidak mood untuk datang tetapi aku benar-benar menunggu kedatanganmu."

Mungkin teman kita itu tidak menyadari bahwa perilakunya itu merupakan sebuah pola bukan satu kebetulan semata. Beritahulah. Misalnya dengan berkata, "Ya tentu saja aku mengerti, tetapi sadarkah kamu ini kelima kalinya kamu tidak memenuhi janjimu padaku?"

Jika kita ingin terus menjalin pertemanan dengan dia yang tukang ingkar janji, pastikan untuk mengkonfirmasi kembali rencana apapun, paling tidak sekali atau bahkan sesaat sebelum bertemu. Jika ada HP, pastikan teman kita bisa dihubungi jadi kita tidak merasa dibiarkan menunggu jika dia membatalkan lagi janji ketemu. 

Lain waktu jika dia menjanjikan sesuatu, cobalah katakan, "Ya, baik." Jika dia marah karena sarkasme kita, jelaskan bahwa kita memang semata-mata menunjukkan kebiasaan dia mengingkari janji. Kemudian nyatakan lagi dengan ungkapan yang lebih positif dengan mengatakan, "Buktikan kalau aku salah. Untuk saat ini, penuhi janji ya."

2. Double-crosser 

Teman jenis ini melakukan pengkhianatan yang sangat besar. Ini bisa terjadi ketika seorang teman menyakiti kita, dan bukan hanya itu, ternyata dia juga menyebarkan rumor-rumor tentang kita. Itulah yang disebut double-crosser. Atau bisa menjadi double-crosser yang sangat emosional, misalnya ketika salah satu teman dekat tiba-tiba berhenti bertegur sama tanpa kita tahu mengapa.

Double-crosser mungkin memiliki beberapa masalah emosi yang nyata yang perlu diarahkan jika kita ingin terus berteman dengannya. Jika teman kita pernah dikhianati oleh orang tuanya atau oleh saudaranya, dia mungkin ingin melakukan perilaku yang sama pada teman-temannya. Pengkhianat ini bisa sehalus ketika dikhianati oleh orang tuanya atau bisa sekasar korban kekerasan fisik, emosi, ataupun seksual. Teman kita yang seperti ini membutuhkan bantuan luar untuk mengembalikan siklus hidupnya ke yang normal.

Jika kita telah di-double-crossed oleh salah satu teman kita, kita bisa mempertimbangkan untuk mengakhiri pertemanan. Jika tidak secara langsung kita dilukai oleh teman kita ini tetapi memiliki bukti bahwa dia telah menyakiti yang lain, kita harus memutuskan jika kita terlalu berisiko untuk mempertahankan pertemenan.

3. Mementingkan diri sendiri 

Teman tipe seperti adalah teman negatif yang tipenya lebih lembut ketimbang pengambil resiko. Namun, seiring waktu, seorang teman yang tidak mau mendengarkan kita akan "memakan" harga diri kita. Agar kita merasa nyaman dan agar persabahatan kita tetap bertumbuh, kita harus lebih dari sekedar papan dengar. Orang yang mementingkan diri sendiri ini tidak peduli. Dia akan mendengarkan kita hanya karena dia menunggu waktu untuk bicara, tanpa benar-benar mendengarkan.

Obrolan teman seperti ini adalah salah satu cara untuk menutupi ketidakmampuannya untuk mentolerasi yang oleh sebagian orang terasa sangat menyiksa. Kita bisa memintanya untuk mencoba lebih mengerti bahwa dia bicara tanpa henti. Bisakah dia belajar untuk lebih santai? Menikmati keheningan? Belajar untuk bertanya sehingga kita tidak merasa seperti kerbau dungu?

Sekali lagi, apakah sifat ini yang disadari oleh teman kita dan memilih untuk mengabaikan, ataukah dia tidak menyadarinya tetapi ketika menyadari, dia bisa mengubahnya? Jika untuk berubah menjadi sesuatu yang tidak mungkin, apakah cukup positif jika kita ingin lanjutkan ini meskipun berat sebelah?

Mungkin dengan cara yang tidak ofensif kita bisa bertanya pada teman yang memiliki tipe seperti ini apakah dia mengerti bahwa memberi dan menerima yang kita dan dia lakukan itu tidaklah seimbang, bahwa dia lebih banyak mendominasi ketimbang kita.

Dengan teman yang seperti, Anda bisa merencanakan sebuah aktivitas yang meminimalkan masalah ini, seperti bermain tenis, nonton film, atau acara serupa lainnya. Kita sebaiknya juga mempertimbangkan untuk duduk di sebelah orang tipe ini di perjalanan selama lima jam atau makan malam hanya berdua saja yang menghabiskan waktu lama. 

4. Tukang penyebar rahasia

Ketika kita berkata pada teman tipe seperti ini, "Hanya kita berdua saja ya," dia mungkin akan menganggukkan kepala, tetapi sayangnya itu hanya akan bertahan sebentar saat bersama kita. Meskipun seharusnya menjadi rahasia dan kepercayaan di antara teman, namun teman model ini tidak tahan untuk menyimpan rahasia itu. Memberitahu orang seperti ini membuatnya tidak nyaman dan tidak betah. Seperti permainan "kentang panas", dia harus menyampaikan rahasia panas itu ke orang lain agar ia terbebas dari rahasia yang ia ketahui, yang telah membuatnya tidak nyaman. Juga ada beberapa orang tipe ini yang hanya besar mulut saja. Jika ada orang yang memiliki sifat seperti ini, lebih baik kita hindari untuk memberi tahu rahasia kita, kecuali jika kita tidak keberatan rahasia itu tersebar.

Bagaimana kita tahu kalau seseorang akan mengkhianati kepercayaan yang kita berikan? Jika kita mencurigai ada teman yang memiliki sifat ini, berbagilah rahasia  yang tidak penting maka lihatlah betapa cepatnya rahasia itu tersebar.

Jika kita curiga kalau teman kita tidak menyadari bahwa dia menyebarkan rahasia, mulailah dengan membuka perilaku ini. Ambillah contoh spesifik ketika teman kita membuka rahasia, dan lihatlah apakah dia mengetahui pelanggaran ini. Apakah dia minta maaf? Apakah dia membantahnya? Apakah dia meminta maaf, menjelaskan bahwa dia tidak tahu kalau informasi itu rahasia?

Jika kita mencurigai teman kita tidak bisa mengubah perilaku ini dan kita ingin mempertahankan petemanan, proteksi diri kita dengan lebih hati-hati akan informasi yang ingin kita bagi. Kita juga bisa mempertimbangkan kembali tingkat keakraban persahabatan ini. Jika kita ingin mempertahankan persahabatan ini, lebih baik kurangi membahas masalah rahasia.

5. Suka menyaingi 

Sedikit persaingan itu sehat dan bisa diterima. Kompetisi yang wajar akan memotivasi dan menstimulasi. Tetapi terlalu tinggi persaingan antar teman mulai merusak pertemanan. Salah satu bumbu utama dalam persahabatan yang positif ialah salah satu atau kedua belah pihak merasa bahwa mereka bisa menjadi "kita" dan tidak menempatkan diri di atas yang lainnya. Persaingan mensiratkan perlombaan menang dan kalah. Dan itu bertentangan dengan orang yang mengharapkan persahabatan yang positif khususnya sahabat karib

Teman yang menjadi pesaing mungkin saja bersaing di semua bidang kehidupan dan merasa sulit atau mustahil untuk mengurangi ketika terjadi pada teman dekat. Mereka bisa bersaing di tempat kerja, di sekolah, ataupun dalam urusan kemasyarakatan. Mereka bisa juga bersaing dengan pasangannya atau bahkan dengan orang tua ataupun anak-anaknya. Pesaing bisa merasakan sulitnya mengubah atau membuang sifat ini.

Namun kita bisa membantu situasi ini dengan menghindari situasi-situasi yang menimbulkan keinginan untuk berkompetisi. Sebagai contoh, ketika kita menceritakan keberhasilan kita dalam kehidupan pribadi ataupun dalam karir.

Membantu menunjukkan kesadaran pesaing tentang kecenderungannya ini bisa membatunya untuk mengatasi kecenderungan ini.. Jika kita ini berbagi sesuatu yang kita rasa akan mendorong dia untuk bereaksi "aku juga", kita bisa membuka komentar kita dengan seperti ini misalnya, "Aku kasih tahu sesuatu ya, tapi tidak berkaitan denganmu."

Kendati demikian, tanggung jawab mengubah perilaku pesaing ini ada pada dia, dengan mengembangkan citra diri yang lebih baik akan mengurangi keinginannya untuk bersaing dengan apapun yang kita katakan atau pun kita lakukan.

6. Tukang mengorek-kore kesalahan orang

Tidak ada yang benar di mata orang seperti ini. Orang yang sukanya mencari-cari kesalahan mungkin saja dibesarkan oleh orang tua yang terlalu menghakimi, yang juga membesarkan saudara-saudaranya yang lain sebagai orang suka mengkritik ini. Ini merupakan sifat yang sulit untuk dipulihkan, dan teman kita mungkin malah tidak menyadari bahwa dia begitu kritis atau sangat menjengkelkan kita. Sebelum melabeli tipe teman seperti ini sebagai yang deskrutktif, kita bisa mengetahui apakah teman kita bisa mengenali perilaku yang terlalu menghina ini dan mengubah orientasi itu. Sebaliknya, kita bisa memutuskan apakah kita menerima saja sifat teman kita ini dan menyadari bahwa itu mencerminkan dirinya, bukan kita atau pertemanan kita. 

Jika kita menilai teman kita dan ingin mencoba mempertahankan pertemanan meskipun adanya kritik-kritik dari tukang pencari kesalahan ini, cobalah sharing dengannya betapa sifatnya itu telah membuat kita tidak nyaman. Misalnya dengan mengatakan, "Aku tahu kau menyukaiku, dan aku tahu kau mungkin tidak bermaksud membuatku tidak nyaman, tetapi ketika kau menemukan kesalahan dalam hal apapun yang aku katakan ataupun aku laukan, aku merasa diriku ini tidak pernah benar."

Mungkin sekali dia akan membela diri, bahkan mengatakan "ini urusanmu," bukan urusan dia. Tetapi ketika kita menekankan betapa perilaku si pencari salah ini berdampak pada diri kita, ini bisa membantunya untuk menilai kembali apa yang ia katakan atau ia lakukan tanpa harus menjadi "benar." Di samping itu, dengan menjelaskan padanya apa yang ia lakukan membuat kita tidak nyaman, kita bisa sedikit mengurangi rasa dongkol jika memutuskan untuk meneruskan persahabatan dengan orang yang senang mencari kesalahan ini.

Mereka yang senang mengkritik dan mencari kesalahan ini seringkali tidak bisa menerima kritikan dari orang lain. Jika kita mengkritik orang tipe ini, hal itu bisa membuatnya mengatakan atau melakukan apapun atas kita. Hati-hatilah, orang yang suka mencari-cari kesalahan bisa memutuskan persahabatan selamanya daripada menanggapi kritikan kita atau bahkan mencoba memahami pesan yang lebih besar yang coba kita sampaikan.

Semoga artikel ini bermanfaat ya.

Monday, January 14, 2013

Aku Percaya!

Aku percaya bahwa kita tidak perlu mengubah teman jika ktia mengerti bahwa teman-teman kita berubah.

Aku percaya bahwa sebaik apapun seorang teman, dia akan pernah melukaimu sesekali dan kau harus memaafkannya.

Aku percaya bahwa persahabatan yang sejati akan terus bertumbuh, meskipun dalam jangka waktu yang paling lama sekalipun. Begitu pula dengan cinta sejati.

Aku percaya bahwa kau bisa melakukan sesuatu yang instan yang akan menyakiti hatimu sepanjang hidupmu.

Aku percaya bahwa aku butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi seseorang yang aku inginkan.

Aku percaya bahwa kau harus meninggalkan orang yang kau sayangi dengan kata-kata indah. Karena itu mungkin waktu terakhirmu melihatnya.

Aku percaya bahwa kau bisa terus melangkah meskipun setelah engkau tidak lagi bisa melangkah.

Aku percaya bahwa kita bertanggungjawab atas apa yang kita perbuat, apapun rasa yang kita rasakan.

Aku percaya bahwa jika bukan engkau yang mengontrol perilakumu, maka perilakumulah yang akan mengendalikanmu.

Aku percaya bahwa tidak peduli sepanas apapun hubunganmu di awal, tetapi passion tetap membayang, dan akan ada sesuatu yang lebih baik yang akan terjadi.

Aku percaya bahwa pahlawan adalah mereka yang melakukan apa yang harus dilakukan ketika perlu dilakukan, apapun konsekuensinya.

Aku percaya bahwa sahabat terbaikku dan aku bisa melakukan apapun ataupun tidak melakukan apapun dan memiliki waktu indah bersama.

Aku percaya bahwa orang yang kau duga akan menendangmu saat engkau jatuh, akan menjadi orang yang membantumu untuk kembali. 

Aku percaya bahwa kadang saat aku marah aku memiliki hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti memberiku hak untuk kasar.

Aku percaya bahwa hanya karena seseorang tidak mencintaimu seperti yang kau inginkan itu berarti mereka tidak mencintaimu dengan apa yang mereka miliki.

Aku percaya bahwa kedewasaan memiliki keterkaitan lebih dengan jenis pengalaman yang telah kau miliki dan apa yang telah kau pelajari dari pengalaman itu dan bukannya berkaitan dengan banyaknya ulang tahun yang telah engkau rayakan.

Aku percaya bahwa kita tidak akan cukup hanya dimaaafkan oleh orang lain. Kadang kita harus belajar memaafkan diri sendiri.

Aku percaya seberapapun parahnya hatimu yang terluka, dunia tidak akan pernah menghentikan duka laramu.

Aku percaya bahwa latar belakang kita dan keadaan kita bisa saja telah mempengaruhi siapa kita hari ini, tetapi kita bertangung jawab atas apa jadinya kita hari ini.

Aku percaya bahwa hanya karena dua orang beda pendapat bukan berarti mereka tidak saling mencintai. Dan hanya karena mereka tidak pernah berdebat mereka berarti saling menyayangi.

Aku percaya bahwa kau tidak harus begitu berkeinginan untuk menemukan rahasia yang akan mengubah hidupmu selama-lamanya.

Aku percaya bahwa dua orang bisa saja melihat sesuatu yang sama persis pada saat yang sama tetapi benar-benar melihat sesuatu yang benar-benar berbeda.

Aku percaya bahwa hidupmu bisa saja berubah dalam hitungan jam oleh orang yang bahkan tidak mengenalmu sama sekali.

Aku percaya bahwa meskipun kau tidak lagi memiliki apapun yang bisa kau berikan, saat salah satu temanmu menangis menghiba kepadamu, kau akan menemukan kekuatan untuk membantunya.

Aku percaya bahwa orang yang sangat kau pedulikan dalam hidupmu adalah esensi dari kehidupanmu. Jadi katakanlah padanya betapa kau sangat menyayanginya dan betapa ia begitu berartinya bagimu.

Dance Like No One Is Watching

Menarilah seolah tak ada seorang pun yang melihatmu sedang menari:

Kita mungkin meyakinkan diri kita bahwa kehidupan akan lebih baik jika kita sudah menikah, memiliki seorang bayi, dan yang lainnya. Kemudian kita frustasi karena anak-anak tidak cukup dewasa dan lebih berfokus pada mereka. 

Setelah itu, kita frustasi karena kita harus mengurusi anak-anak kita yang sudah remaja, kita pasti akan bahagia saat mereka sudah keluar dari tahapan remaja itu. Kita katakan pada diri kita sendiri bahwa kehidupan kita sudah sempurna ketika pasangan kita seiring sejalan dengan kita, ketika kita memiliki mobil yang bagus, kita bisa liburan ke tempat yang indah, ketika kita sudah pensiun.

Namun sebenarnya adalah tidak ada waktu yang lebih baik untuk berbahagia kecuali sekarang ini. Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi?

Kehidupan Anda akan selalu dipenuhi dengan tantangan. Ini benar-benar harus diakui dan putuskan berbahagialah, apapun yang terjadi. 

Alfred D Souza berkata, "Cukup lama bagiku bahwa hidup ini berarti memulai kehidupan nyata. Tetapi selalu ada hambatan dan rintangan dalam menjalaninya, kadang kita terlupakan, kadang bisnis kita hancur, waktu terus saja berjalan, dan hutang-hutang yang harus dibayar. Kemudian, kehidupan dimulai. Namun paling tidak, menurutku, semua aral rintangan ini adalah hidupku."

Persepktif ini membantuku untuk melihat bahwa tidak kesempatan untuk berbahagia. Bahagia adalah menjaninya. Jadi temukanlah harta karun di setiap kesempatan dalam perjalanan kehidupan Anda. Dan harta karun itu semakin melimpah manakala engkau mau berbagi dengan orang-orang yang spesial dalam hidupmu, orang yang cukup spesial untuk mengisi waktumu dalam kehidupanmu. Dan ingatlah bahwa waktu tidak menunggu siapapun. Jadi jangan sia-siakan waktu untuk menunggu kebahagiaan itu datang.

Jadi berhentilah menunggu:
- hingga engkau lulus sekolah
- hingga engkau kembali bersekolah
- hingga engkau kehilangan uang satu milyar rupiah
- hingga engkau mendapatkan uang 1 milyar rupiah
- hingga engkau memiliki anak
- hingga anak-anakmu meninggalkan rumah
- hingga engkau mulai bekerja
- hingga engkau pensiun
- hingga engkau menikah
- hingga engkau bercerai
- hingga malam Jumat
- hingga malam Minggu
- hingga engkau memilik rumah atau mobil sendiri
- hingga musim berganti
- hingga engkau sukses
- hingga lagumu datang
- hingga engkau mati
untuk memutuskan karena tidak ada waktu yang lebih baik kecuali sekarang ini untuk BERBAHAGIA.

Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan. Jadi, bekerjalah seolah engkau tidak butuh uang. Cintailah seperti engkau tidak pernah tersakiti  dan menarilah seperti tak seorang pun yang melihatmu menari.

Wednesday, December 5, 2012

Selamat Jalan Bapak!

Dengan tertawa lebar Yono bercerita tentang calon mertuaku.

"Tahu gak, setiap kali ketemu orang Pakdhe Slamet selalu dengan bangganya mengatakan, "Anakku sarjana sastra Inggris". Dan itu selalu diberitahukan pada semua orang yang ia temui."
"Yang benar saja?" tanyaku singkat.
"Bener. Pakdhe selalu membawa pembicaraan ke arah itu."

Ternyata calon mertuaku ini benar-benar membanggakanku  sebagai seorang sarjana sastra Inggris. Aku heran apa yang membuat beliau amat bangga dengan gelarku ini. Ah mungkin karena di kampungnya belum ada sarjana. Terdengar di telinganya barangkali gelar ini sangat-sangat wah. 

Ah sudahlah, itu bukan hal penting. Yang paling penting adalah bahwa aku mencintai anaknya, calon istriku.

Lima bulan kemudian, tepatnya tanggal 13 Mei 2007, pernikahan besar-besar diadakan. Aku datang disambut bak pahlawan yang menang dari perang. Gagah sekali. Semua mata tertuju padaku. Aku mengenakan kaos oblong, celana jeans, dan sepatu kets, langsung disambut dengan sebuah kendi yang diserahkan padaku. Aku bingung apa yang harus kulakukan. 

Yono pun angkat bicara.
"Sen, banting itu kendi sampai pecah!" teriaknya.
Tanpa basa-basi langsung kubanting keras-keras takutnya tidak pecah.
"Brakkk!!!" kendi pun pecah. Air muncrat ke mana-mana terutama ke wajah calon mertuaku. Semua orang pun tertawa. Kudengar ada bisikan kata yang menggelitikku, "Iki mantene edan." Aku pun tersenyum dalam hati.

Aku didandani bak ketoprak. Gagah sekali. Kulirik mertuaku ini tersenyum bangga, seolah mengatakan pada semua orang "Ini lho mantuku hebat, seorang sarjana sastra Inggris dari salah satu universitas negeri di Indonesia." Mertuaku ini menang.

Hari pun berlalu. Usia bulan madu, aku harus kembali ke luar kota, melanjutkan pekerjaanku. Masa cutiku sudah habis.

Aku bangga sekali memiliki istri yang cantik, lembut, dan masih muda. Ia masih kuliah waktu itu, sambil mengajar di salah satu SD. Meskipun jauh hubungan kami sangat mesra.

Waktu berlalu. Beberapa bulan kemudian, istriku pun mengandung buah cinta kami. Di usia kandungan 3 bulan, istriku lumpuh. Setiap hari muntah darah, baik kental maupun segar. Tidak ada asupan sedikit pun. Aku pun cuti kerja selama sebulan hanya untuk mengurusi istriku. Ke mana pun pergi aku harus menggendongnya. 

Wajahnya pucat pasi. Badannya kurus kering. 

Suatu pagi, setelah minum susu, istriku langsung muntah darah. Kutatap wajahnya lekat-lekat. Aku pun meneteskan air mata.

Istriku bertanya, "Kenapa menangis mas? Aku tidak apa-apa kok. Aku pasti sembuh," sambil tersenyum dipaksa.

"Aku sayang kamu Nok. Aku sayang kamu selamanya. Apapun kondisimu aku sangat menyayangimu. Aku ingin kau cepat sembuh," jawabku sambil terasa sesak dadaku.

Aku rawat istriku sampai sembuh. Kubawa ke rumah sakit. Kurawat dengan cinta hingga sembuh.

Istriku sembuh. Hari berlalu. Enam bulan kemudian putraku lahir. Tampan seperti aku. Aku bingung mau kukasih nama apa. Constantine Abdullah. Iya nama itu rasanya bagus untuknya.

Namun ada kendala. Ketika itu aku tidak punya uang sepeser pun. Aku pun harus menutup wajahku saat aku bilang pada bidan yang menangani kelahiran istriku. Aku malu. Aku tidak punya uang sepeser pun. Rokok pun aku minta pada temanku.

Hari-hariku sangat bahagia. Aku berjuang, bekerja kerjas, semakin keras untuk masa depan keluargaku. Semakin hari anakku pun semakin besar. Ia sudah mulai mengerti mainan. Ia minta dibelikan mobil-mobilan,, minta dibelikan sepeda. Ah bahagianya.

Dua setengah tahun berlalu. Di tempat kerjaku yang super-super parah seperti robot, di mana aku harus berangkat pagi pulang petang dengan gaji yang sangat tidak layak, sementara aku harus memikirkan susu anakku juga memberi nafkah anakku. Belum lagi beban kerinduan manakala aku menelepon anakku, dan dia selalu menanyakan, "Bapak, sedannya di mana?" Terasa teriris hati ini. Aku tidak mungkin bisa membeli sedan. Jangankan sedan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pun aku tidak mampu. Malu. Sarjana Sastra Inggris tidak mampu memberi nafkah layak pada istriku dan anakku. Menangis batin ini. 

Juli 2010 aku pun memilih mengundurkan diri dari pekerjaan lamaku, dan aku mencari pekerjaan ke sana kemari. Tiga bulan berlalu aku belum juga mendapatkan pekerjaan yang layak. Dapat pekerjaan tetapi jaminan ijazah terakhir, sementara ijazah terakhir ada di tangan bosku, tidak bisa kubawa. Pedih.

Aku putuskan pulang ke kampung berkumpul dengan istri dan anak. September 2010 aku pun pulang. Terkejut. Istriku yang dulu pernah bersumpah setia, bahkan jika ada orang kaya yang membawa emas segunung, atau orang tampan seperti Nabi Yusuf tidak akan pernah berpindah hati, tapi kini istriku berubah.

Ia tidak lagi mau disentuh. Aku dibentak-bentak seperti anjing kurapan. 
"Sarjana sastra Inggris yang bodoh tidak berguna," pikirku dalam hati.

"Mas, mau puasa gak, sahur. Nasinya ada di magic com, sayurnya hangatkan sendiri, ada di almari, dan bikin teh sendiri. Aku ngantuk," begitu istriku membangunku saat puasa. 

Batin ini sakit sekali. Istriku sudah berubah. Dulu ia selalu menyiapkan santap sahurku saat aku masih tidur, selalu mempersiapkan santapan bukaku, tapi kini begitu dinginnya aku harus menyiapkan semua sendiri. Tidak ada lagi canda tawanya yang indah. Aku tidak lagi gigi gingsulnya tersungging di pipinya. Sakit.

Ternyata itu pun tidak hanya dilakukan oleh dirinya sendiri, seluruh keluarganya pun memperlakukanku serupa. Apakah karena aku jadi pengangguran terus aku diperlakukan begini. Bahkan pernah suatu kali istriku bilang padaku, "Mas, aku sekarang jadi benci sama kamu."

Ya Allah, apa yang salah padaku, mengapa demikian jadinya. Istriku yang lembut, yang hangat jadi berubah begini. Seminggu aku bertahan,, aku pun tidak kuat. Aku putuskan pulang ke rumah orang tuaku di kabupaten lain.

Ketika ditanya orang tuaku, aku pun menjawab, "Widya dan Constantine sementara ingin lebaran di sana Pak. Dan aku pengin ikut derep di sini pak, lumayan bisa untuk tambah-tambah biaya hidup anak dan istri," jawabku menutupi.

Hari pun berganti. Bapak nampaknya curiga melihat sikapku. 

"Sebenarnya ada apa Sen? Nampaknya ada masalah dengan keluargamu di sana?" tanya bapak penuh selidik.
"Gak ada apa-apa Pak. Kami baik-baik saja," jawabku lirih.

Aku pun derep (memanen padi di sawah). Orang-orang di kampungku pun heran, mereka menggunjingku. "Percuma sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi petani juga," bisik beberapa tetanggaku.

Tetapi aku pun diam. Aku tidak peduli, yang penting halal untuk anak dan istriku.

Pagi hari aku berangkat dan sore hari aku baru pulang. Lumayan rata-rata sehari aku dapat satu karung gabah hasil derep padi. 

Menjelang masa panen berakhir, aku sangat terkejut saat aku dapati sms gelap dikirimkan padaku.

"Kalau punya istri itu dijaga, ditunggui, jangan sampai dikeloni orang," bunyi sms itu.
"Maaf, ini siapa ya?" jawabku.

Ia tidak menyebutkan namanya. Tetapi ia bercerita panjang lebar tentang perselingkuhan istriku. Istriku sudah biasa menginap di rumah orang, berselingkuh. Panas juga hati ini. Tetapi aku masih belum percaya. 

Aku tidak bisa tidur. Tetapi apakah mungkin, karena sifat istriku sudah berubah. Dulu setiap saat dia selalu sms, telepon, tapi sekarang jangankan balas sms, ditelepon pun gak pernah diangkat, alasannya sibuk. 

Hari terus berjalan. Aku galau segalau-galaunya, karena tanda-tanda itu semakin jelas. Tapi jika aku pulang ke rumah istriku tidak membawa uang aku pun malu. Aku ngebut. 

Tepat panen berakhir, aku mendapatkan gabah 8 kwintal. Aku jual. Separu kukirim utnuk anak dan istriku sementara separo lagi aku buat ongkos ke Lampung mencari mbahku yang belum pernah ketemu seumur hidup. 

Di Lampung 10 hari, aku pun pergi ke Semarang, mencari pekerjaan. Au diterima di sebuah perusahaan international forwarding yang menangani ekspor impor. Super sibuk sekali kegiatanku. Di bagian dokumen bill of lading, aku jarang sekali pulang ke kos. Hampir 24 jam sehari 7 hari seminggu aku di kantor. Pekerjaan sangat banyak. 

14 Februari 2011 aku putuskan untuk pulang. Aku telepon istriku bahwa besok aku akan pulang. 

"Jangan besok mas, Constantine mau diajak jalan-jalan sama Mbah," katanya memohon.

Tetapi aku sudah tidak tahan. Aku rindu sekali pada Constantine putraku. Aku pun pulang dengan meminjam sepeda motor temanku.

Terkejut. Saat aku sampai rumah. Dingin sekali. Jam sudah menunjukkan waktu pukul 22. Aku pun langsung masuk kamar memeluk anakku. Istriku yang tadinya sudah tidur  segera bangun, dan pindah tempat. 

Ponselnya ternyata tertinggal. Di situlah semua terbongkar. Ternyata benar bahwa istriku selingkuh. Di smsnya sangat mesra sekali. Ternyata sudah biasa ngalor ngidul bersama. Dhani Ariwibawa namanya. Mereka sudah memanggil mama dan ayah satu sama lain. Selalu mengatakan rindu dan kangen.

Aku panggil istriku "Nok, sejauh apa hubunganmu dengan Dhani?"
Dengan ketus ia menjawab, "Hanya teman biasa."
"Hanya teman biasa?" tanyaku.

Aku tunjukkan hp. Ini bukti semuanya. Mukanya pucat pasi. Dia pun berusaha merebut hp itu dari tanganku. Aku dipukulnya. Bajuku ditarik hingga sobek. 

"Ternyata benar apa yang aku rasakan. Ternyata benar apa yang dikatakan orang. Kenapa kamu sebegitu teganya No?" tanyaku sambil meneteskan air mata. Hati ini terasa sangat sakit. Sakit lagi manakala membayangkan Constantine harus memiliki ayah tiri.

Gaduh. Mertuaku pun pulang dari main di rumah tetangga. Pak Slamet Rahayu namanya. 

"Pak, ternyata Widya benar selingkuh. Di sini semuanya ada Pak," aku bilang sama bapak mertuaku.
"Sing sabar kowe Sen. Wis istirahat dulu," kata bapak mertuaku tanpa ekspresi bersalah.

Aku heran mengapa Pak Slamet, mertuaku  yang dulu gembar-gembor bangga, yang selalu mengatakan, "Kalau Widya macem-macem kugantung di bawah pohon pinus" dan itu dikatakan pada semua orang, kini begitu lemahnya. 

Aku tidak tahan. Anakku pun ikut menangis. Satu kata-kata terakhir yang kubisikkan pada anakku, "Nak, bapak menyayangimu selamanya."

Pukul 02.00 aku pun keluar, dengan mengendarai sepeda motor aku langsung melaju di Pantura menuju ke Kota Semarang. Dengan air mata yang terus menetes. Kepalaku pusing. Pikiranku kalut. Sebegitukah balasan pengorbananku? Hanya karena aku sedang tidak punya uang kemudian aku ditendang? Bahkan mertuaku yang dulu membangga-bangagakanku pun sekarang mendukung?

Dua bulan lamanya aku seperti orang gila. Aku keluar dari pekerjaan. Aku jarang makan. Kerjaku hanya minum kopi dan merokok. Jarang tidur. Aku sulit menerima kenyataan bahwa istriku selingkuh, juga seluruh keluarganya pun mendukung perselingkuhan itu.

Dua bulan setelahnya aku bertemu sahabatku. Aku dinasihatinya panjang lebar. Kemudian aku dibimbingnya sehingga aku "sadar" bahwa apapun daya upayaku kalau Allah mengendaki lain pun percuma. Dan itu terbukti. 

Pak Slamet meneleponku. Ia marah besar, mengajak ketemuan di mana pun tempatnya. Ia ingin aku segera mengurus perceraian itu. Sakit luar biasa. 

Aku katakan padanya, "Kalau bapak butuh, silahkan bapak datang ke sini. Aku tidak mau datang ke situ. 

Semakin marahlah ia. Pengacara paling mahal pun dibayarnya supaya segera tuntas perceraianku. Hatiku pun makin sakit. 

Tidak ingin mendengar kabar tentang sepak terjangku juga mertuaku yang semakin menyakitkan, aku menutup semua akses di mana aku mungkin mendengar info tentang istriku dan keluarganya. Aku ganti nomor hp, aku blokir semua teman-teman facebook. Aku setting privacy facebookku, yang tidak berteman denganku tidak bisa mengirimkan pesan. Ketika ada orang menambahkanku sebagai teman, aku lihat dulu. Jika ada kemungkinan akses ke sana, langsung kublokir. 

Waktu terus berlalu. Aku semakin tenggelam dengan rutinitasku. Tetapi bayangan pengkhiatan istriku terus saja menghantui. Aku sering memimpikan istriku saat ia selingkuh. Hatiku semakin sakit. Aku seperti diburu setan. Takut sekali. Mengerikan sekali. 

Sebulan, dua bulan, dan bulan berlalu, tahun pun berganti. 

Sore itu, Selasa 27 November 2012, aku membuka akun Facebook. Aku kaget setengah mati saat membaca pesan dari adikku yang bunyinya, "Kang, bapaknya Mbak Widya meninggal dunia."

Tetapi aku kemudian tertutup oleh rasa sakit. Ah meninggal itu sudah biasa. Aku pun abaikan. Tetapi adikku kemudian sms lagi, "Constantine kangen sama Kakang. Dia selalu menanyakan terus."

Air mataku meleleh. Aku rindu pada anakku, yang setahun lebih aku tinggalkan. Bukan aku tidak rindu pada putraku, aku sangat rindu. Aku sangat kangen. Tetapi rasa sakit ini, rasa sakit dicampakkan, rasa sakit dihina dina luar biasa sakitnya. 

"Kamu dapat kabar dari mana?" tanyaku pada adikku.
"Aku dapat kabar dari sepupunya Mbak Widya," jawabnya singkat. 

Lalu aku pun meminta nomor ponselnya dan aku hubungi. Aku berharap bisa berbicara dengan putraku. 

"Om, Mbahe Constantine selalu menanyakanmu setiap kali sebelum meninggal," katanya.
"Yang benar kang?" tanyaku gak percaya.
"Benar Om. Mungkin ada pesan yang ingin disampaikan, tapi aku tidak tahu apa pesannya itu," jawabnya.

Aku pun segera meluncur ke lokasi. Sebelum aku sampai, aku telepon temanku dulu. Dia bercerita panjang lebar. 

Ternyata setelah kepergianku, dan seiring waktu, mertuaku itu sangat menyesal. Dia sangat menyesal. Anaknya sudah menendangnya. Ia sudah tidak di rumah selama 4 bulan, pergi dari rumah. Ditendang oleh anaknya juga menantunya yang baru. Omongannya menyakitinya. 

Ia berkata, "Seno itu sudah aku sakiti berulangkali, tetapi tidak pernah sekalipun baik tindakan maupun ucapan yang pernah menyakitiku," ditirukan sahabatku itu.

"Aku sangat menyesal Yon. Sekarang aku lagi sakit. Nanti kalau aku sembuh, aku akan bawa Constantine dan kucari Seno ke mana pun ia berada akan kucari. Biar kubesarkan Constantine bersamanya. Aku akan ikut bersama Seno membesarkan Constantine," imbuh sahabatku mengikuti ucapan mendiang mertuaku.

Hatiku teriris. Dendam yang selama ini terpendam luruh. Hilang. Betapa ia sangat menyesal. Allah saja Maha Pengampun. Maka betapa sombongnya aku jika aku tidak memaafkan beliau. Dan lagi beliau sangat mempercayaiku, bahkan saat aku bukan lagi menjadi menantunya. 

Tanggal 28 pagi aku sampai di rumahnya. Mantan istriku sangat terkejut. Wajahnya pucat pasti. Dia menyalamikku. Menyapaku, tetapi aku diam. Kemudian aku pergi ke rumah tetangga.

Aku pun kembali dikejutkan hal-hal yang tidak kuduga sebelumnya. Seluruh tetanggaku langsung berbondong-bondong menemuiku.

"Sabar ya Om. Bekas istri ada, tetapi tidak ada bekas anak," itu ucapan salah satu tetangga.

Dan semua tetanggaku menceritakan yang sama seperti yang diceritakan Yono sahabatku, bahwa mendiang mertuaku benar-benar mencariku. Terus mencariku hendak meminta maafku juga menyerahkan putraku.

Sesak dada ini begitu mendengar detik-detik kematiannya pun masih sempat memanggil namaku. 

Setelah itu, aku datang ke makamnya. Aku maafkan semua, bapak. Engkau memang bukan bapak kandungku, tetapi jiwamu mulia Pak. Selamat jalan bapak. Andai engkau masih hidup, dengan pintu terbuka kusambut engkau bapak. Anakku sudah memaafkanmu Pak. Semoga engkau damai di syurga sana. 

Kelak, insya Allah anakmu akan mengunjungi tempat peristirahatan terakhirmu lagi. Dan anakmu bukan tanggung jawabku lagi. Maafkan aku, mungkin aku tidak bisa mendidik anakmu Pak.

"Selamat jalan Bapak. Selamat jalan! Semoga Allah menjemputmu dan memberikan tempat terbaik di sisi-Nya."

Friday, July 6, 2012

Bunga Itu Pun Telah Layu

Beberapa minggu lalu aku pergi ke sana kemari untuk satu urusan. Capek sekali. Kemarin aku tempat temanku yang sudah cukup lama tidak ketemu. Terakhir ketemu aku lihat halamannya penuh dengan bunga-bunga yang indah. Tetapi kini aku melihat sebagian bunga yang sudah layu. Saat aku tanya kok layu, karena sebagian dia cabut sendiri, dan tidak diurusi.

Kuperhatikan bunga itu, aku pun berpikir, seharusnya temanku merawatnya, menjaganya, dan menyiraminya, tetapi malah ia mencabut dan mengabaikannya. Wajar saja kalau bunganya layu.

Dan otakku langsung teringat pada salah satu sahabatku. Dia seorang gadis yang cantik. Ketemu dia beberapa tahun lalu, aku mengenalnya sebagai pribadi yang introvert (tertutup). Aku lihat ada sesuatu yang ia simpan, yang ia rahasiakan, sebagai beban hidup. Sebagai sahabat dan ia juga menganggapku sebagai kakak, aku mencoba mencaritahu apa sebabnya. Setiap kali aku tanya, dia hanya bisa menangis.

Setahun yang lalu, tanpa aku minta pun ia akhirnya cerita padaku. Sebut saja namanya Mawar.

"Mas, aku merasa tidak kuat menanggung beban ini," Mawar memulai pembicaraan.
"Beban apa dik, ceritakanlah. Barangkali aku bisa membantu mengangkat bebanmu, atau minimal membantu mencarikan solusinya," jawabku.
"Tapi aku malu mas, ini aibku," lanjutnya.

Aku pun terdiam. Pikiranku melayang memikirkan masalah apa gerangan.
"Kalau adik percaya, aku tidak akan membuka aibmu pada siapapun. Percayalah!" ucapku.
"Janji juga ya mas, setelah mas tahu cerita adik, mas tidak akan menjauhiku," ia berkata sambil terus terisak.
Aku pun semakin terbawa, "Ceritakanlah dik, kalau kamu menganggapku sebagai kakakmu."

Menghela nafas panjang dan air matanya terus meleleh.
Ia pun memulai ceritanya, "Mas setiap kali di keremangan, aku selalu merasa ketakutan luar biasa. Aku ingat pengalaman pahit masa laluku,"
"Memang kenapa dengan keremangan dik, apakah takut dengan hantu?" tanyaku.
"Gak mas, waktu aku masih umur 3 tahun, kedua orang tuaku cerai. Kakakku yang laki-laki ikut ibu, dan aku ikut bapak," imbuhnya.

Menyeka air matanya dengan tissue, ia pun melanjutkan kisahnya, sementara aku terhenyak diam, "Awalnya aku bahagia mas. Tapi setelah beberapa bulan, ayahku berubah. Aku yang tidur di kamar, aku didatangi langsung dan digerayangi seluruh tubuhku. Pertama tidak diapa-apakan. Tetapi besok malamnya, di keremangan lampu, aku melihat bapakku menggerayangiku dan menggagahiku, di usiaku yang masih tiga tahun."

Mataku terbelalak, "Yang benar saja dik?"
"Mas, aku jujur cerita apa adanya. Bapak melakukannya sampai aku kelas 3 SD," ia terus menyeka air matanya.

"Lalu sekarang bagiamana dik?" tanyaku.
"Aku sulit untuk percaya pada yang namanya kaum Adam. Sulit mas. Aku takut. Dan aku ini sudah merasa hina, aku sudah tidak suci lagi. Aku sakit mas," lanjutnya.
"Dik, kalau kamu berpikir seperti itu, berarti kamu juga tidak percaya pada kakakmu ini?" tanyaku lagi.
"Bukan begitu mas," jawabnya singkat.

Kini di usianya yang sudah di atas 20 tahun, ia pun masih merasakan ketakutan. Aku selalu menasihatkan untuk bersabar. Memang kata-kata bersabar itu mudah, tetapi ia yang merasakan trauma. Tetapi paling tidak aku berusaha menjadi saudara yang membantu dengan simpatiku.

"Aku tidak bisa berbuat apapun, tetapi ingatlah Tuhanmu dik. Allah tidak tidur. Percayakah engkau bahwa Tuhan Maha Pengasih? Masih percayakah engka Bahwa Tuhan Maha Segalanya?" nasihatku.

"Apapun yang terjadi di dunia ini pasti atas izin Tuhan. Dan yang terjadi padamu pun atas izin-Nya. Ikhlaslah dik. Kau dipersiapkan Tuhan untuk menjadi penghuni syurga, jika engkau tetap ikhlas bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidupmu. Boleh saja engkau tidak suci lagi, tetapi di mataku kau adalah gadis suci. Karena kesucianmu terenggut tanpa kau berdaya sama sekali," imbuhku lagi.

Dik, tulisan ini kupersembahkan kepadamu. Aku, kakakmu, tidak bisa berkata apa-apa lagi, yang pasti aku pun ikut prihatin. Semoga engkau memang dipersiapkan sebagai penghuni syurga kelak atas keikhlasanmu menerima semua ini, atas keikhlasanmu menerima kenyataan bahwa ini sudah menjadi bagian hidupmu yang tidak bisa kau tentang. Ada maksud dari segala sesuatu.

Aku, kakakmu, selalu mendoakanmu dan menyayangimu, adikku!
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sekolah Inggris Online, E-English Class